BETARA NARADA (KANEKAPUTRA)
Betara Narada atau disebut juga Kanekaputra adalah putra Hyang Darmajaka. Ia
elok parasnya dan sakti pula. Untuk dapat menambah kesaktiannya, Betara
Kanekaputra bertapa di atas air samudera dengan tidak bergerak gerak. Tangan
kanannya menggenggam cupu (cepu) Linggamanik yang tak pernah dilepaskannya.
Perbuatan Betara Narada diketahui oleh Betara Guru yang menanggapinya sebagai
usaha Betara Narada untuk menguasai dunia ini. Maka segala Dewa oleh Betara
Guru dititahkan, supaya mencegah kehendak Betara Narada itu sampai-sampai
dengan menggunakan senjata, tetapi segala usaha itu tak berhasil. Betara Narada
bersitetap di dalam tapanya. Kemudian Betara Guru sendiri datang menjumpai
Betara Kanekaputra. Terjadilah bantah-membantah antara kedua Dewa itu, di mana
Betara Guru keluar sebagai pihak yang kalah-bantah. Oleh karenanya Betara Guru
merasa lebih muda dari Betara Narada dan untuk selanjutnya menyebut Betara
Kanekaputra kakang, kanda. Betara Kanekaputra kemudian dibawa oleh Betara Guru
dan dilantik sebagai ketua semua Dewa di Jonggringsaloka yakni istana segala
Dewa. Suatu ketika karena murkanya terhadap Betara Kanekaputra, maka muka
Betara yang tampan ini oleh Betara Guru dirobah hingga menjadi jelek, sesudah
itu Kanekaputra disebut Narada. Betara Narada bermata kriyipan, berkedip kedip
terus, berhidung dempak mendongak, bermulut terbuka menampakan gigi, berkumis,
bermahkota bentuk topong dengan garuda membelakang, berkain rapekan, berkeris
bentuk ladrang (panjang), bersepatu. Sumber : Sejarah Wayang Purwa -
Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982
Tidak ada komentar:
Posting Komentar