SANG
HYANG WISNU Sang Hyang Wisnu seorang Dewa, putra Hyang Guru. Halusnya menitis,
menjelma pada raja-raja dan ksatria ksatria. Hyang Wisnu pernah juga menjadi
raja di muka bumi ini sebagai manusia biasa bertakhta di Purwacarita dengan
gelar Sri Maharaja Budakresna. Mereka yang mendapat titisan Hyang Wisnu,
menjadi orang orang yang sakti dan waspada. Yang mendapat titisan Wisnu ialah:
1. Prabu Arjunasasrabau dari Maespati, 2. Patih Suwanda di Maespati, 3. Sri
Rama, 4. Arjuna dan. 5. Prabu Kresna, Penitisan juga terjadi sesudah zaman
Purwa, ialah pada Prabu Jayabaya di Kediri. Ketika Dewa ini dilahirkan, bumi
terpengaruh hingga getar, sampai sampai Betara Guru pun jatuh terpelanting.
Setelah dewasa, ia beristrikan Dewi Setyabama, putri Hyang Pancaresi, Hyang
Wisnu bisa tiwikrama, menjadi raksasa yang tidak terhingga besarnya dan memiiki
senjata cakra yang sangat sakti. Kesaktian dan senjata cakra itu digunakan oleh
titisan Wisnu sebagai bukti bahwa mereka memang titisannya Hyang Wisnu
merupakan pokok pangkal yang memulai keturunan Pendawa dan ia berbesan dengan
Hyang Brama. Sang Hyang Wisnu bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka agak
mendongak, hal mana menandakan bahwa ia bersuara nyaring. Bermahkota dengan
jamang tiga susun, bergaruda membelakang dan bersunting waderan. Sebagian
rambutnya terurai. Berbaju dan berkain rapekan pendeta. Keris terselip di
bagian depan, sebagaimana halnya dengan pakaian dewa-dewa. Bergelang,
berpontoh, beakeroncong dan bersepatu. Asal mula Hyang Wisnu mendapat bunga
Wijayakusuma ialah sewaktu ia akan kawin dengan Dewi Pertiwi yang minta sebagai
jujur bunga Wijayakusuma. Semula bunga itu dimiliki oleh Begawan Kesawasidi.
Tersebutlah, ketika Hyang Wisnu akan kawin dengan Dewi Pertiwi, maka bunga
tersebut dipinjam oleh Hyang Wisnu untuk digunakan sebagai jujur. Permintaan
itu dikabulkan. Tetapi untuk lengkapnya, barang siapa memiliki bunga itu harus
memiliki pula kulitnya dan kulit itu dimiliki oleh Prabu Wisnudewa dari negara
Garbapitu. Kulit bunga yang bertempat di dalam mulut seekor banteng (lembu
hitam) dapat direbut oleh Hyang Wisnu dari mulut banteng itu. Terkabullah
perkawinan Hyang Wisnu karena bisa mengadakan jujur yang diminta. Menurut
adat-istiadat Sala, pada waktu di situ masih terdapat seorang raja, maka
pemetikan bunga Wijayukusuma dari Pulau Nusakambangan dilakukan oleh seorang
ulama atas titah raja. Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai
Pustaka - 198
Tidak ada komentar:
Posting Komentar